Jumat, 07 Januari 2011

Hidup Berawal dari Mimpi

Kegembiraanya hilang ketika ia duduk di meja makan, singkong yang bekas makan siang yang dipanaskan kembali oleh Ibunya dan segelas air menjadi menu untuk makan malamnya kali ini. Supri biasa ia dipanggil, seorang remaja yang tampil dengan kesederhanaan dan sopan santun. Ia dilahirkan pada 22 Juli 1994 di sebuah desa , di Kota Malang. Ia terlahir ditengah keluarga yang sederhana dan penuh dengan kekurangan, namun ia selalu mengcap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ia rajin datang ke gereja untuk beribadah. Kehadirannya selalu dinanti oleh teman-temannya di gereja karena ia adalah sosok anak yang jenaka.
Waktu semakin berjalan, sudah  saatnya Supri masuk ke Sekolah Menengah Pertama. Ia hanya bisa bersekolah disalah satu sekolah swasta di dekat desanya, karena ekonmi orang tuanya yang tergolong lemah. Namun, Supri kini tumbuh dengan tidak terkontrol, karena pergaulan dengan teman-temannya di sekolah barunya. Ia seringkali menuruti ajakan temannya untuk melakukan hal yang seharusnya tidak ia lakukan seperti : merokok, minum-minuman keras, bolos sekolah dll. Semua itu ia lakukan karena ia merasa kurangnya kasih sayang dari kedua orang tuanya. Akan tetapi ia tetap melakukan tanggung jawab yang sudah diberikan oleh orang tuanya kepadanya.
Setelah akhir semester, orang tuanya pun mengambil laporan hasil belajarnya selama ini. Tak lama di dalam ruang kelas terdengar dialog antara orang tua Supri dan wali kelas.
“ Bagaimana Bu, hasil dari sekolah anak saya setahun ini?.” Tanya Ayah Supri.
“ Ya begitulah Pak! Mungkin Bapak sudah bisa menebaknya?.” Jawabwali kelas.
“ Maksud Ibu?.” Jawabnya dengan gelisah.
“ Anak Bapak sangat bandel di sekolah, seringkali para guru mendapati kenakalan dari anak Bapak.! Ia sudah berkali-kali mendapatkan surat panggilan, namun tak ada satupun yang sampai kepada Bapak. Karena kami sudah kesulitan mengatur anak Bapak di sekolah ini, kami akan memberikan sanksi tegas jika, anak Bapak mengulangi hal buruk yang pernah dilakukannya selama ini.” Dengan nada sedikit tinggi. Ibu wali kelas menjawab.
“ Ya sudahlah Bu. Kalau memang anak saya tidak bisa diatur,saya akan memberhentikannya dari sekolah”.balas Ayah Supri.
“ Kalau itu urusan Bapak dan keluarga Bapak di rumah. Saya selaku wali kelas hanya dapat membimbing saja.” Dengan sedikit cuek, Ibu walilkelas membalas.
“ Terimakasih Bu, Saya pamit pulang dulu.” Dengan menyesal Pak Toni kembali ke rumahnya.
Esok hari setelah sarapan Supri berniat untuk berpamitan kepada orang tuanya, Belum sempat ia memanggil Ayah dan Ibunya. Ia sudah dipanggil terlebih dahulu oleh Ayahnya. Dengan kecewa Pak Toni menyuruhnya berhenti sekolah dengan alasan ia sering berbuat onar di sekolah, kedua karena adik perempuannya sudah waktunya masuk ke sekolah yang baru. Dengan hati menyesal Supri tak bisa menolak keputusan dari Ayahnya. ia lebih memilih mengalah daripada mengorbankan masa depan adiknya dengan memaksakan diri untuk tetap melanjutkan sekolah. Enam bulan sudah berlalu, Supri hanya membantu Pak Toni mencari rumput untuk memberi makan lembunya yang ada di rumah.. tak seperti biasanya Supri berangkat mencari rumput dengan bersungu-sungut. Ia ingin sekali bersekolah seperti teman-temannya namun doa-doanya yang senantiasa dipanjatkan siang dan malam dijawab oleh Tuhan, 
Rencana Tuhan memang indah.Melalui sebuah rethreat yang diadakan oleh lembaga misi suatu gereja dari Jakarta yang dilaksanakan di Wisma rethreat di daerah Batu, Malang. Supri mendapat jawaban dari doanya yang setia. Disina ia mendapatkan tawaran dari panitia untuk bersekolah di kota dan tinggal di sebuah asrama dengan biaya yang gratis.
Tak henti-hentinya ia mengucap syukur. Di asrama ia diberi tanggung jawab untuk membantu staf dan kakak asrama untuk menyapu halaman rumah, dan membantu menyiapkan makanan bagi teman-temannya. Ia sangat senang dapat bersekolah lagi, tetapi ia harus membuktikan bahwa niatnya untuk bersekolah lagi bukanlah hal yang main-main. Ia pun belajar dengan sungguh-sungguh, singkat cerita ketika ia sudah melalui satu semester di sekolahnya yang baru. Waktu pengambilan hasil belajarnya pun telah tiba. Kali ini hasilnya sungguh menakjubkan ia sanggup menembus peringkat tiga besar dikelas. Sungguh hal yang luar biasa, tetapi ia tahu bahwa semua itu tidak akan terjadi tanpa ada campur tangan Tuhan dalam hidupnya.
Cerita Supri diatas adalah sedikit dari pengalaman hidup saya yang saya susun dalam bentuk cerita. Semoga anda yang membacanya dapat mengerti dan mengambil hal-hal positif dari perubahan yang dialami oleh Supri diatas.

                                                            Karya : Priyo Santoso.  

Tidak ada komentar: