Sabtu, 10 September 2011

Berkorban Demi Kemenangan

PRIYO.SANTOSO WEB “Berjuang perlu pengorbanan, maka jangan menyesal saat anda dituntut untuk berkorban.” Nova saat itu sedang duduk di halaman, sendirian merenung tidak terima akan keadaannya sekarang. Ayahnya seorang buruh tani, ibunya kadang kerja kadang tidak. Sering ia sarapan hanya dengan nasi lauk garam atau sambal. Tak lama kemudian ayahnya datang, Nova memanfaatkan waktu ini untuk bercakap-cakal dengan ayahnya. “ ayah, kenapa aku harus berjuang mati-matian, sedangkan teman-temanku banyak yang berpangku h tangan, aku harus membantu ibu dirumah, sedangkan temanku hanya tinggal menyuruh pembantu, aku harus belajar supaya nilaiku bagus, temanku seenaknya saja menyontek, aku harus menabung supaya dapat memiliki sesuatu, temanku tinggal minta pada mama papanya. Aku benci cara ini ayah!!”. Nova memulai pembicaraan dengan sederet keluhan yang disampaikannya kepada ayahnya, karena keadaannya kurang beruntung jika dibandingkan dengan keadaan temannya di kampung. Dengan tersenyum santai ayahnya menjawab singkat, “ anakku, itu adalah proses, tahapan, perlu waktu untuk melaluinya. Jika kamu tidak mau berusaha, hasilnya tak lain adalah mental yang rapuh, mudah roboh ditiup angin.” Suasana menjadi tegang, karena topik utama obrolan mereka sore ini cukup serius, berjuang tanpa berhenti, mungkin itu ungkapan yang tepat untuk menjadi judul pembicaraan Nova dengan ayahnya. Nova melanjutkan pembicaraan yang sempat mengambil jeda beberapa detik lalu. “apakah tak ada cara lain selain bersusah payah?”. Tutur Nova dengan terus menolak pendapat ayahnya. Bukan maksudnya tak mau menerima nasihat dan didikan dari orang tua, tapi dia merasa bosan dan ingin mencari cara lain. Memang membosankan, tapi dari sini lah keuntungan besar setelah menabung dengan modal bersusah payah akan anda tuai setelah anda selesai melalui proses ini. Ayahnya kali ini punya cara lain, mencoba bertindak tegas secara diam-diam. “ ayo anakku, ikutlah ayah, pakailah sepatumu yang baru kamu beli dengan uang tabunganmu selama delapan bulan kemarin, dan jangan memakai baju berlengan panjang, tapi pakailah kaos saja. Ada sesuatu yang mau ayah tunjukkan padamu anakkku. Engkau pasti akan mengerti arti perjuangan setela mengikuti ayah.” Nova penasaran, perasaannya tak karuan, jantungnya berdegup tak beraturan, tanpa irama. Semakin lama dia berpikir , semakin besar rasa penasarannya. “ mau kemana kita ayah?” Mereka melewati sawah yang berlumpur, kemudian masuk kedalam hutan, banyak seranggah dan ditumbuhi oleh semak belukar yang berduri. Jalan ini adalah jalan menuju sebuah danau di sebelah timur desa Nova. “ayah , apa yang ingin ayah tunjukkan? Jalan kotorkah, atau seranggah-seraggah bodoh, atau mungkin rumput dan semak yang melukai tanganku. Lihat ayah, sepatu baruku jadi rusak, padahal aku membelinya baru seminggu yang lalu. Aku benci ayah! Ayah tidak mengerti perasaanku sama sekali.!” Nova menangis karena sepatunya rusak, tangannya luka, dan tubuhnya penuh seranggah. Sebentar lagi dia pasti menyesal telah berkata ayah jahat dan tak pernah mau mengerti perasaanku . karena garis akhir tidak jauh dari pandangan mereka, kira-kira sepuluh kali lima meter lagi. “anakku, engkau menyukai suasana di danau ini? Apakah engkau mengerti apa yang baru saja ayah ajarkan kepadamu.? Itulah yang diajarkan oleh kakekmu kepada ayah dulu.” Mereka sudah sampai di tepi danau, pemandangan yang indah dapat dilihat disana, namun sayangnya adalah hanya sedikit orang yang ada disana, itu dikarenakan tak banyak orang yang mau berjuang melawan kenyamanan yang mereka rasakan saat ini.” Mengertilah bahwa anda perlu belajar dari kisah Nova dan ayahnya, singkat namun saya yakin anda mendapat berkat dari tulisan ini. Pengorbanan memang menyakitkan, apapun itu, berkorban waktu, uang, perasaan, atau bahkan nyawa. Namun, ketahuilah bahwa dari situ akan anda dapatkan kebahagiaan yang tidak akan habis dimakan waktu.

Tidak ada komentar: